Follow This Blog

Kamis, 17 Maret 2011

Han Awal


Han Awal adalah seorang arsitek Indonesia yang selalu santun dan bersuara lembut. Han Awal lahir di Malang, Jawa Timur, 16 September 1930. 
Arsitek yang lebih dikenal sebagai arsitek konservatoris ini sudah menghasilkan berbagai prestasi gemilang seperti penghargaan Internasional Award of Excellence UNESCO Asia Pasific Heritage untuk bangunan Gedung Museum Arsip Nasional, dan penghargaan lainnya.
 
Karya-karya lainnya yang menonjol di Indonesia adalah Kampus Universitas Katolik Atma Jaya di Semanggi dan gedung sekolah Pangudi Luhur di Kebayoran Baru, Jakarta. Pada tahun 1964-1972, Han Awal juga terlibat dalam pembangunan Gedung Conefo (Conference of New Emerging Forces). Gedung yang terletak di Senayan ini kemudian dikenal sebagai Gedung DPR/MPR.

Han Awal menyelesaikan pendidikan dasarnya di Malang. Semasa SMA, Han Awal sangat tertarik dengan bidang Fisika. Tapi karena guru Fisika di sekolahnya kurang baik dalam memaparkan pelajaran, ia beralih ke angan-angan sewaktu SD untuk menjadi arsitek. Setelah lulus SMA tahun 1950, Han sebetulnya ingin belajar arsitektur di Institut Teknologi Bandung. Namun, waktu itu ITB belum memiliki jurusan arsitektur. Kebetulan beliau mendapat brosur tentang pendidikan ahli bangunan di Technische Hoogeschool Delft, Belanda, dan akhirnya berangkat untuk mengambil jurusan arsitektur di Delft dengan berbekal beasiswa dan restu dari Keuskupan Malang. 

Di sana, Beliau berkenalan dengan mahasiswa asal Indonesia, seperti Bianpoen, Soewondo, Pamoentjak, dan Soejoedi. Mereka sempat berkumpul dan membuat kelompok studi bernama ATAP yang membahas masalah pembangunan di Indonesia. Mereka juga sering mengadakan pameran serta ekskursi, seperti ke Skandinavia, dan lain-lain. Namun,akibat ketegangan hubungan Indonesia-Belanda mengenai sengketa Papua pada tahun 1956, Han Awal terpaksa pindah ke Jerman dan melanjutkan kuliah arsitektur di Technische Universitat, Berlin Barat, dan lulus tahun 1960.

Setelah Han Awal pulang ke tanah air, beliau mendirikan biro konsultan sendiri yang bernama PT Han Awal & Partners Architect. Disamping berkarya dalam bidang arsitektur, Han Awal juga sangat perhatian terhadap dunia pendidikan perancangan di Indonesia. Beliau mengatakan bahwa ia adalah arsitek yang ‘menyambi’ sebagai pengajar. Mulanya karena ia diperintahkan oleh arsitek Soejoedi untuk membantu mengajar di Fakultas Teknik Universitas Indonesia yang baru membuka jurusan arsitektur di tahun 1965. 

Pada tahun1969-1971, ia mengabdikan ilmu yang dimilikinya sebagai Pembantu Rektor/Dosen Akademi Pertamanan DKI Jakarta. Tahun 1990-2003 beliau menjadi Dosen Pembina FT Unika Soegiyapranata, Semarang. Tahun1997-2004, menjadi Dosen Pembina FT Universitas Merdeka, Malang. Dan tahun2003, menjadi Dosen Tak Tetap Program Pascasarjana FT UI. Selain itu, ia juga aktif mendorong berdirinya Ikatan Arsitek Indonesia, ikut mendirikan Pusat Dokumentasi Arsitektur dan memfasilitasi berdirinya ajang diskusi Arsitek Muda Indonesia.

Belakangan, Han Awal lebih dikenal sebagai arsitek konservatoris yang menggeluti pemugaran bangunan-bangunan tua. Pada tahun 1988 ia terlibat proyek pemugaran Katedral Jakarta yang sudah mengalami kerusakan berat di berbagai bagian. Karya Han Awal yang monumental di bidang pemugaran adalah Gedung Arsip Nasional, Jalan Gajah Mada 111, Jakarta. Dalam pemugaran besar-besaran atas gedung yang dibangun pejabat VOC, Renier de Klerk, akhir abad ke-18 itu, beliau bekerjasama dengan arsitek Belanda, Cor Passchier dan Budi Lim, arsitek lulusan Inggris. Pemugaran dibiayai oleh berbagai pihak swasta di Belanda, sebagai hadiah ulang tahun emas Proklamasi Kemerdekaan RI, tahun 1995. 

Han Awal juga turut menangani pemugaran Gedung Bank Indonesia, Jakarta Kota. Bekas gedung Javasche Bank, bank sentral Hindia Belanda yang berdiri sejak 1828. Setelah itu, beliau berencana memugar bangunan Gereja Imanuel, Jalan Medan Merdeka Timur, Jakarta, dan sebuah rumah tua di Jalan Prapatan, Jakarta. Bangunan itu pada abad ke-19 adalah rumah seorang mayor China. 

Pada tahun 2007, beliau menjadi salah satu dari tiga orang Indonesia yang dianugerahi penghargaan Profesor Teeuw dalam sebuah acara di Erasmus Huis, Jakarta. Penghargaan yang menggunakan nama Profesor AA Teeuw, guru besar kajian budaya Indonesia di Universitas Leiden, Belanda, itu diberikan dua tahun sekali sejak 1992 kepada warga Indonesia atau Belanda yang dinilai berjasa meningkatkan hubungan kebudayaan kedua negara.

PROFIL SINGKAT
Lahir:
Malang, 16 September 1930
Istri: Anastasia Maria Theresia Anak:
- Paulus Rachmat Trisna Awal
- Gregorius Antar Awal
- Maria Daryanti Awal
- Maria Widyati Awal
Pendidikan:
- Techniche Hoogeschool Delft, Belanda, 1950-1957 - Techniche Universitat, Faculatfur Architectur, Berlin Barat, 1957-1960 Karier: 
- Direktur PT Han Awal & Partners Architect, 1971
- Pembantu Rektor/Dosen Akademi Pertamanan DKI Jakarta, 1969-1971
- Proyek Conefo/MPR-DPR sebagai Asisten I Kepala Proyek, 1964-1972 - Dosen Tak Tetap FTUI Jurusan Arsitektur, 1965-2000
- Dosen Pembina FT Unika Soegiyapranata, Semarang, 1990-2003
- Dosen Pembina FT Universitas Merdeka, Malang, 1997-2004
- Dosen Tak Tetap Program Pascasarjana FT UI, 2003 
Organisasi Profesi:
- Ikut mendirikan Pusat Dokumentasi Arsitektur
- Anggota Dewan Kehormatan IAI DKI Jakarta
Penghargaan:
- Penghargaan AIA untuk Kompleks Universitas katolik Atma Jaya, Jakarta, 1984
- Penghargaan AIA untuk Konservasi Gedung Arsip Nasional, 1999
- Award of Excellence UNESCO Asia Pasific Heritage, bersama Budi Lim dan Cor Passchier, 2001
- Prof Teeuw Award, bersama Soedarmadji JH Damais dan Wastu Pragantha Zhong, 2007 Alamat:
Biro Arsitek Han Awal & Partners, di Pondok Pinang, Jakarta Selatan

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More