Follow This Blog

Desain Rumah Bambu

Bambu adalah bahan bangunan yang dapat diperbaharui dan banyak tersedia di Indonesia. Dari sekitar 1.250 jenis bambu di dunia, 140 jenis atau 11% nya adalah spesies asli Indonesia. di Indonesia sudah lama memanfaatkan bambu untuk bangunan rumah, perabotan, alat pertanian, kerajinan, alat musik, dan makanan. Namun, bambu belum menjadi prioritas pengembangan dan masih dilihat sebagai "bahan milik kaum miskin yang cepat rusak"..

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 4 title

dunia ini bagai selembar kertas putih, memerlukan warna-warni yang indah.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Senin, 21 Maret 2011

Mario Botta


Mario Botta adalah tokoh arsitek pembaharu dan pendobrak mode Eropa yang lahir di Mendrisio Swiss tahun 1943, karya-karyanya seringkali dikaitkan dengan Post-Modernism.
Latar Belakang Budaya
Negara Swiss sebagai suatu negara asal Mario Botta merupakan suatu phenomena kultural tersendiri. Negara itu berdasar budaya dan bahasa "terbelah" menjadi dua kutub : Germany dan Roman (Italia dan Perancis). Dalam sejarah rancang bangunan, kedua geografi kultural itu tidak hanya berlainan posisi demografis, tetapi mengakar dan mewujud dalam representasi dan pernyataan gubahan bentuk. Swiss bagian utara mendapat aksen Germany yang sangaat kuat dengan arah dan orientasi yang kuat pada transformasi tradisional ke rasional, pengakuan individual dan industrial. Sementara di Selatan, corak bangunan sangat dipengaruhi oleh keragaman sumber yang kaya akan kemungkinan dan kebutuhan untuk mencari representasi kolektif tipologik.
Selatan Swiss lebih terbuka dan hangat secara sosial. Pada lanskap dan topografi bangunannya, Utara dan Selatan Swiss tidak mudah dapat dibedakan melalui suatu generalisasi. Sebab disana-sini terdapat banyak "interfaces" dan
kerangka dasar yang sama oleh sistem pendidikan (ETH Zurich dan Laussane) juga oleh Peraturan Bangunan (Building Codes); meskipun dari satu Kantoon ke yang lainnya ada beberapa perbedaan.
Bagi Sejarah Seni Bangunan, Swiss pada Abad ke 20 bukanlah negeri yang tidak dikenal sebagai panggung yang memikat pelajar dan praktisi rancang bangunan. Hannes Meyer (1889-1954) yang pernah memimpin Bauhaus yang terkenal itu. merupakan putra Swiss. idea modern dalam seni bangunan masih merupakan tradisi tersendiri di Swiss. Kelanjutan tradisi modernistik dalam seni bangunan tidak menyurut, tetapi hingga kini berlanjut. Yang sangat menarik, Mario Botta berada pada posisi berkarya di antara kebutuhan dan pengaruh yang kuat: "Modernisme" dan "Historisme" khususnya dalam konteks warisan prinsip seni bangunan Palladian.Representasi yang kuat dari yang terakhir ini dipelopori oleh Bruno Reichlin dan Fabio Reinhart ; yang merupakan kolega dekat Mario Botta dalam apa yang kemudian dikenal sebagai Aliran Tessin. Corak bangunan Palladian memiliki kontinuitas yang kuat di Italia Utara termasuk Swiss; dari Palladio akhir Abad 16, dilanjutkan oleh Scamozi pada awal abad 17, kemudian Lord Burlington di Inggris pertengahan Abad ke 18, hingga puncaknya pada Durand di awal Abad ke 19. Dalam beberapa hal rancang bangun, Mario Botta sangat kuat menganut gubahan geometri abstrak
yang kuat sebagaimana para arsitek modern sejak 1920-an; khususnya Le Corbusier. Sekalipun demikian Botta tidaklah cenderung pada Eklektisme pada seni bangunan klasik seperti oleh Andrea Paladio pada Abad ke 16.
Dari Casa Cadenazzo hingga Casa Rotonda: Debut Botta
Pada awal masa kiprahnya sebagai arsitek, Mario Botta semula dikenal sebagai arsitek rumah tinggal. Botta membangun rumah-rumah tinggal di: Cadenazzo , Riva San Vitale dan Ligornetto. Setelah menamatkan pendidikan arsitektur di Milan dan Venezia, Botta melengkapi debutnya sebagai arsitek terkenal Eropa dengan Rumah Tinggal: Casa rotonda 1980-82 di Stabio. Tentang hunian, Botta punya idea tersendiri yang tampaknya bertentangan dengan Giorgio Grassi yang menuntut hubungan harmoni melalui suatu nilai kolektif suatu bentuk
diantara masyarakatnya. Sementara, Botta justru sebaliknya, mengundang suatu "interplay" antara luar dan dalam yang mampu menghasilkan suatu jalinan kerjasama melalui "redefinisi bentuk" yang sudah dikenal. Botta
tidak segan-segan memberi tempat pada keragaman tuntutan nilai dari perorangan dan eksperimen bentuk dengan tidak menafikan kepentingan kolektif untuk keseragaman dan rasionalitas.
Disain rumah hunian yang dimulainya sejak tahun 1961, merupakan suatu penjelajahan segala kemungkinan.Kesimpulan sementara yang diperolehnya ternyata tipologi hunian untuk keluarga tidak nampak lagi.
Botta tidak putus asa, namun terus mencari pendefinisian kembali unsur-unsur tradisional rancang bangunan. Idea Casa Rotunda merupakan gubahan yang sama sekali lain dan menggugah citra rasa historik . Bentuk cylindric yang dipilihnya untuk Casa Rotonda mengingatkan orang pada Menara Hunian Abad Pertengahan. Casa ini bukan hanya punya konteks historik pada daerah Tesin, tetapi sangat sensitif mengakomodasi iklimnya. Teriknya matahari ditanggulangi oleh dinding yang tegar dan masif, sementara pemandangan ke lembah Tesin dibuka dengan jendela dan teras yang optimum dengan komposisi yang dramatik.
Aliran Tessin dan Botta
Di dalam konteks seni bangunan kontemporer dunia dan khususnya Eropa, Mario Botta sendiri merupakan suatu pribadi yang kuat; tercermin dalam rancang bangunnya dengan gubahan variasi volume dan bidang geometrik .
Kekuatan rancang bangunan Botta cenderung pada permainan bidang dan kekuatan volume bentuk dan ruang yang pernah dieksploitasi oleh Le Corbusier, Louis I Khan dan Luigi Snozzi. Hal ini tidak mengherankan mengingat mereka pernah bertemu dan magang singkat. Pada le Corbusier, Botta pernah magang untuk membangun sebuah Rumah Sakit di Venezia . Pengaruh Corbusier nampak kuat pada penggunaan volume kantilever hanya nampak pada awal-awal kariernya; khususnya pada Rumah Tinggal di Stabio. Sementara pengaruh Kahn mempengaruhi banyak karyanya. Echo dari Gedung Parlemen Kahn di Dacca, Bangladesh terlihat pula pada Rumah Tinggal di Cadenazzo ; bukaan lingkaran besar yang kuat menjadi kharakter tersendiri yang memperkuat komposisi bentuk volumenya. Snozzi bersama dengan Ivano Gianola, Livio Vacchini, Bruno Reichlin, Fabio Reinhart dan Michael Adler dikenal sebagai tokoh-tokoh Tecinese School (l'Ecole tessinoise). Dalam geografi seni bangunan Eropa, Aliran ini kuat memperagakan rancangan kontekstual dengan citra rasa kesejarahan setempat. Morphologi kota dan tipologi bangunan menjadi bagian penting dari theori urbanism Aliran Tesini ini.

Di Eropa pada khususnya dan Dunia pada umumnya, Mario Botta adalah arsitek ujung tombak dari Swiss yang membawa citra budaya bangunan dengan estetika klasik yang enerjik. Pengalaman estetik yang ditawarkan oleh karya-karya Mario Botta kaya dengan informasi dan semacam "hubungan" ke karya-karya seni bangunan klasik sepertiAlberti, Serlio dan Paladio. Sekalipun demikian, karya-karya Botta tidak terjebak pada repetisi klise. Sebaliknya, kekuatan rancang bangunan Botta berbicara mengenai re-definisi sejarah lebih melalui variasi bentuk geometri yang kuat dengan pengulangan pola tebal pada bidang-bidangnya. Semua merujuk
pada keutuhan komposisi dialokl antara keras-lembut, padat-tranparan dst.

Katedral Evry: Urbanisme Botta
rancang bangunan Mario Botta membuka bidang-bidang dinding melalui bentuk dasar geometri yang kuat. Salah satunya, Botha mengolah bukaan-bukaan yang dramatik dan kuat. 
Botta dalam merancang tidak menampakkan lelah bereksperimen dengan bahan bahan yang sangat dikuasainya dengan baik : "pola batu bata". Kekayaan pengalaman estetik yang dihasilkan oleh karya-karya Mario Botta terbangun oleh kekuatan pribadi rancangan yang tidak kompromistik. Dinding yang tegas tak berjendela atau bukaan yang dramatik oleh komposisi bidang yang kontras merupakan contoh-contoh bagaimana pernyataan rancang bangun tampil ke publik.Karya Botha juga tak lepas dari kritik. Diantaranya (yang paling keras) berasal dari Nold Egenter, seorang antropolog Swiss (negenter@worldcom.ch), yang dengan sengit mengkritik Museum San FranciscoMuseum of Modern Art; karena berskala gigantik dan tidak ramah mengakomodasi ruang publik untuk masyarakat.

Arsitektur Tradisional Bali



Arsitektur Tradisional Bali
Arsitektur tradisional Bali dapat diartikan sebagai tata ruang dari wadah kehidupan masyarakat Bali yang telah berkembang secara turun-temurun dengan segala aturan-aturan yang diwarisi dari jaman dahulu, sampai pada perkembangan satu wujud dengan ciri-ciri fisik yang terungkap pada rontal Asta Kosala-KosaliAsta Patali dan lainnya, sampai pada penyesuaian-penyesuaian oleh para undagi yang masih selaras dengan petunjuk-petunjuk dimaksud.
Arsitektur tradisional Bali yang kita kenal, mempunyai konsep-konsep dasar yang mempengaruhi tata nilai ruangnya. Konsep dasar tersebut adalah:
  • Konsep hirarki ruang, Tri Loka atau Tri Angga
  • Konsep orientasi kosmologi, Nawa Sanga atau Sanga Mandala
  • Konsep keseimbangan kosmologi, Manik Ring Cucupu
  • Konsep proporsi dan skala manusia
  • Konsep courtOpen air
  • Konsep kejujuran bahan bangunan
Tri Angga adalah konsep dasar yang erat hubungannya dengan perencanaan arsitektur, yang merupakan asal-usul Tri Hita Kirana. Konsep Tri Angga membagi segala sesuatu menjadi tiga komponen atau zone:
  • Nista (bawah, kotor, kaki),
  • Madya (tengah, netral, badan) dan
  • Utama (atas, murni, kepala)
Ada tiga buah sumbu yang digunakan sebagai pedoman penataan bangunan di Bali, sumbu-sumbu itu antara lain:
  • Sumbu kosmos BhurBhuwah dan Swah (hidrosfir, litosfir dan atmosfir)
  • Sumbu ritual kangin-kauh (terbit dan terbenamnya matahari)
  • Sumbu natural Kaja-Kelod (gunung dan laut)
Dari sumbu-sumbu tersebut, masyarakat Bali mengenal konsep orientasi kosmologikal, Nawa Sanga atau Sanga Mandala. Transformasi fisik dari konsep ini pada perancangan arsitektur, merupakan acuan pada penataan ruang hunian tipikal di Bali


Bangunan Hunian

Hunian pada masyarakat Bali, ditata menurut konsep Tri Hita Karana. Orientasi yang digunakan menggunakan pedoman-pedoman seperti tersebut diatas. Sudut utara-timur adalah tempat yang suci, digunakan sebagai tempat pemujaan, Pamerajan (sebagai pura keluarga). Sebaliknya sudut barat-selatan merupakan sudut yang terendah dalam tata-nilai rumah, merupakan arah masuk ke hunian.
Pada pintu masuk (angkul-angkul) terdapat tembok yang dinamakan aling-aling, yang tidak saja berfungsi sebagai penghalang pandangan ke arah dalam (untuk memberikan privasi), tetapi juga digunakan sebagai penolak pengaruh-pengaruh jahat/jelek. Pada bagian ini terdapat bangunan Jineng (lumbung padi) dan paon (dapur). Berturut-turut terdapat bangunan-bangunan bale tiang sangah, bale sikepat/semanggen dan Umah meten. Tiga bangunan (bale tiang sanga, bale sikepat, bale sekenam) merupakan bangunan terbuka.
Ditengah-tengah hunian terdapat natah (court garden) yang merupakan pusat dari hunian. Umah Meten untuk ruang tidur kepala keluarga, atau anak gadis. Umah meten merupakan bangunan mempunyai empat buah dinding, sesuai dengan fungsinya yang memerlukan keamanan tinggi dibandingkan ruang-ruang lain (tempat barang-barang penting & berharga).
Hunian tipikal pada masyarakat Bali ini, biasanya mempunyai pembatas yang berupa pagar yang mengelilingi bangunan/ruang-ruang tersebut diatas.


Kajian Ruang Luar dan Ruang Dalam

Mengamati hunian tradisional Bali, sangat berbeda dengan hunian pada umumnya. Hunian tunggal tradisional Bali terdiri dari beberapa masa yang mengelilingi sebuah ruang terbuka. Gugusan masa tersebut dilingkup oleh sebuah tembok/dinding keliling. Dinding pagar inilah yang membatasi alam yang tak terhingga menjadi suatu ruang yang oleh Yoshinobu Ashihara disebut sebagai ruang luar. Jadi halaman di dalam hunian masyarakat Bali adalah sebuah ruang luar. Konsep pagar keliling dengan masa-masa di dalamnya memperlihatkan adanya kemiripan antara konsep Bali dengan dengan konsep ruang luar di Jepang. Konsep pagar keliling yang tidak terlalu tinggi ini juga sering digunakan dalam usaha untuk “meminjam” unsur alam ke dalam bangunan.
Masa-masa seperti Uma meten, bale tiang sanga, bale sikepat, bale sekenam, lumbung dan paon adalah masa bangunan yang karena beratap, mempunyai ruang dalam. Masa-masa tersebut mempunyai 3 unsur kuat pembentuk ruang yaitu elemen lantai, dinding dan atap (pada bale tiang sanga, bale sikepat maupun bale sekenam dinding hanya 2 sisi saja, sedang yang memiliki empat dinding penuh hanyalah uma meten).
Keberadaan tatanan uma meten, bale tiang sanga, bale sikepat dan bale sekenammembentuk suatu ruang pengikat yang kuat sekali yang disebut natah. Ruang pengikat ini dengan sendirinya merupakan ruang luar. Sebagai ruang luar pengikat yang sangat kuat, daerah ini sesuai dengan sifat yang diembannya, sebagai pusat orientasi dan pusat sirkulasi.
Pada saat tertentu natah digunakan sebagai ruang tamu sementara, pada saat diadakan upacara adat, dan fungsi natah sebagai ruang luar berubah, karena pada saat itu daerah ini ditutup atap sementara/darurat. Sifat Natah berubah dari ‘ruang luar’ menjadi ‘ruang dalam’ karena hadirnya elemen ketiga (atap) ini. Elemen pembentuk ruang lainnya adalah lantai tentu, dan dinding yang dibentuk oleh ke-empat masa yang mengelilinginya. Secara harafiah elemen dinding yang ada adalah elemen dinding dari bale tiang sanga, bale sikepat dan bale sekenam yang terjauh jaraknya dari pusat natah. Apabila keadaan ini terjadi, maka adalah sangat menarik, karena keempat masa yang mengelilinginya ditambah dengan natah (yang menjadi ruang tamu) akan menjadi sebuah hunian besar dan lengkap seperti hunian yang dijumpai sekarang. Keempatnya ditambah natah akan menjadi suatu ‘ruang dalam’ yang ‘satu’, dengan paon dan lumbung adalah fungsi service dan pamerajan tetap sebagai daerah yang ditinggikan. Daerah pamerajan juga merupakan suatu ruang luar yang kuat, karena hadirnya elemen dinding yang membatasinya.


Kajian Ruang Positif dan Ruang Negatif

Sebagai satu-satunya jalan masuk menuju ke hunian, angkul-angkul berfungsi sebagai gerbang penerima. Kemudian orang akan dihadapkan pada dinding yang menghalangi pandangan dan dibelokan ke arah sembilan-puluh derajat. Keberadaan dinding ini (aling-aling), dilihat dari posisinya merupakan sebuah penghalang visual, dimana ke-privaci-an terjaga. Hadirnya aling-aling ini, menutup bukaan yang disebabkan oleh adanya pintu masuk. Sehingga dilihat dari dalam hunian, tidak ada perembesan dan penembusan ruang. Keberadaan aling-aling ini memperkuat sifat ruang positip yang ditimbulkan oleh adanya dinding keliling yang disebut oleh orang Bali sebagai penyengker. Ruang di dalam penyengker, adalah ruang dimana penghuni beraktifitas. Adanya aktifitas dan kegiatan manusia dalam suatu ruang disebut sebagai ruang positip. Penyengker adalah batas antara ruang positip dan ruang negatip.
Dilihat dari kedudukannya dalam nawa-sanga, “natah” berlokasi di daerah madya-ning-madya, suatu daerah yang sangat “manusia”. Apalagi kalau dilihat dari fungsinya sebagai pusat orientasi dan pusat sirkulasi, maka natah adalah ruang positip. Pada natah inilah semua aktifitas manusia memusat, seperti apa yang dianalisa Ashihara sebagai suatu centripetal order.
Pada daerah pamerajan, daerah ini dikelilingi oleh penyengker (keliling), sehingga daerah ini telah diberi “frame” untuk menjadi sebuah ruang dengan batas-batas lantai dan dinding serta menjadi ‘ruang-luar’ dengan ketidak-hadiran elemen atap di sana.Nilai sebagai ruang positip, adalah adanya kegiatan penghuni melakukan aktifitasnya disana.
Pamerajan atau sanggah, adalah bangunan paling awal dibangun, sedang daerah public dan bangunan service (paon, lumbung dan aling-aling) dibangun paling akhir.
Proses ini menunjukan suatu pembentukan berulang suatu ruang-positip; dimana ruang positip pertama kali dibuat (Pamerajan atau sanggah), ruang diluarnya adalah ruang-negatip. Kemudian ruang-negatip tersebut diberi ‘frame’ untuk menjadi sebuah ruang-positip baru. Pada ruang positip baru inilah hadir masa-masa uma meten, bale tiang sanga, pengijeng, bale sikepat, bale sekenam, lumbung, paon dan lain-lain. Kegiatan serta aktifitas manusia terjadi pada ruang positip baru ini.


Konsistensi dan Konsekuensi

Tidak seperti di beberapa belahan bumi yang lain dimana sebuah bangunan (rumah, tempat ibadah) berada dalam satu atap, di Bali yang disebut sebuah bangunan hunian adalah sebuah halaman yang dikelilingi dinding pembatas pagar dari batu bata dimana didalamnya berisi unit-unit atau bagian-bagian bangunan terpisah yang masing-masing mempunyai fungsi sendiri-sendiri. Sebuah hunian di Bali, sama dengan dibeberapa bagian dunia yang lain mempunyai fungsi-fungsi seperti tempat tidur, tempat bekerja, tempat memasak, tempat menyimpan barang (berharga dan makanan), tempat berkomunikasi, tempat berdoa dan lain-lain. Ruang-ruang, sebagai wadah suatu kegiatan contoh untuk aktivitas tidur, di Bali merupakan sebuah bangunan yang berdiri sendiri.Sedang dilain pihak secara umum sebuah ruang tidur merupakan bagian sebuah bangunan.Ruang tidur adalah bagian dari ruang-dalam atau interior. Uma meten, Bale sikepat, Bale sekenam, Paon merupakan massa bangunan yang berdiri sendiri. Menurut Yoshinobu Ashihara ruang-dalam adalah ruang dibawah atap, sehingga Uma meten dan lain-lain adalah juga ruang-dalam atau interior.Ruang diluar bangunan tersebut (natah) adalah ruang luar, karena kehadirannya yang tanpa atap. Apabila bagian-bagian bangunan Hunian Bali dikaji dengan kaidah-kaidah ‘Ruang luar-Ruang dalam’, terutama juga apabila bagian-bagian hunian Bali dilihat sebagai massa per massa yang berdiri sendiri, maka adalah konsekuensi apabila pusat orientasi sebuah hunian adalah ruang luar (natah) yang juga pusat sirkulasi.Pada kenyataannya ruang ini adalah bagian utama (yang bersifat ‘manusia’) dari hunian Bali.
Apabila dikaji dari rumusan suatu hunian, maka natah adalah bagian dari aktifitas utama sebuah hunian yang sudah selayaknya merupakan bagian dari aktivitas ruang-dalam atau interior. Kemudian apabila dikaitkan dengan keberadaan bale sikepat, bale sekenam dan bale tiang sanga yang hanya memiliki dinding dikedua sisinya saja, serta posisi masing-masing dinding yang ‘membuka’ ke arah natah jelaslah terjadi sebuah ruang yang menyatu. Sebuah ruang besar yang menyatukan uma meten disatu sisi dan bale tiang sanga, bale sikepat, bale sekenam serta natah yang layaknya sebuah hunian. Hunian yang sama dengan yang ada pada masa kini, dimana bale-bale adalah ruang tidur, natah adalah ruang tempat berkumpul yang bisa disebut sebagai ruang keluarga. Apabila dikaitkan lebih jauh, jika kegiatan paon (dapur) bisa disamakan dengan kegiatan memasak dan ruang makan, maka hunian Bali, teryata identik dengan hunian-hunian berbentuk flat pada hunian orang Barat.
Kajian terhadap hunian Bali ini, apabila hunian tersebut dipandang sebagai satu kesatuan utuh rumah tinggal, konsekuensinya adalah ruang didalam penyengker (dinding batas) adalah ruang-dalam. Bangunan dalam hunian Bali tidak dilihat sebagai massa tetapi harus dilihat sebagai ruang didalam ruang. Apalagi bila dilihat kehadiran dinding-dinding pada bale tiang sanga, bale sikepat maupun sekenam yang ‘membuka’ kearah yang me-enclose ruang, maka keadaan ini memperkuat kehadiran nuansa ruang-dalam atau interior pada hunian tradisional Bali. Dengan kondisi demikian maka penyengker adalah batas antara ruang-dalam dan ruang-luar (jalan desa). Hal ini ternyata memiliki kesamaan dengan pola yang ada di Jepang, yang oleh Ashihara (1970) dinyatakan:
Pada kajian ini terlihat adanya kesamaan sifat halaman sebagai ruang-dalam atau interior pada hunian arsitektur tradisional Bali maupun arsitektur tradisional Jepang. Meskipun pada hunian Bali kesan ruang-dalam lebih terasa dan jelas dibandingkan dengan hunian Jepang.
Kajian ini semakin menarik apabila dikaitkan dengan teori Yoshinubo Ashihara diatas; bahwa ruang-luar adalah ruang yang terjadi dengan membatasi alam yang tak terhingga (dengan batas/pagar dll) dan juga ruang-luar adalah ruang dimana elemen ketiga dari ruang (yaitu atap) tidak ada. Dilain pihak ruang-dalam adalah lawan dari ruang-luar (dimana terdapat elemen ruang yang lengkap yaitu alas, dinding dan atap). Maka pada kasus hunian, teori Yoshinobu Ashihara ternyata saling bertentangan. Baik pertentangan antara ruang-luar terhadap ruang-dalam dikaitkan dengan terjadinya maupun keterkaitan dengan elemen alas, dinding dan atap.

Sabtu, 19 Maret 2011

Taman Diatas Atap ( Roof Garden )


Untuk membantu mencegah atau mengurangi tingkat kelajuan pemanasan global, menambah ruang terbuka hijau  dengan membuat taman diatas atap rumah, gedung bertingkat, hotel maupun perkantoran adalah salah satu cara yang efektif. Meski kondisi dikawasan perkotaan sebagian besar diisi oleh gedung bertingkat, para desainer (arsitek, maupun arsitek landscape) harus menciptakan ruang terbuka hijau untuk menambah tanaman yang telah diambil alih ketika gedung tersebut dibangun.
Dengan membuat taman diatas atap, gedung-gedung bertingkat tetap bisa memiliki ruang terbuka hijau, karena ada efisiensi ruang. Taman diatas atap (roof garden) merupakan sebagai salah satu alternatif penghijauan untuk meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan dikota besar. Saat ini, baru beberapa hotel berbintang di Jakarta Pusat yang memiliki taman diatas atap (roof garden).
Pembuatan taman diatas atap (roof garden) memang tidak murah dan membutuhkan struktur dan konstruksi atap yang spesifik. Bahkan untuk hasil yang optimal, konstruksi atap untuk taman didesain sejak awal, sebelum gedung itu dibangun. Namun investasi ini bisa kembali dalam beberapa tahun kemudian, karena biaya untuk listrik pendingin udara berkurang, serta nilai ekonomis bangunan bertambah.
Sebuah rumah sakit swasta di Singapura berhasil menurunkan konsumsi listrik sampai 50 persen, setelah membuat taman diatas atap (roof garden). Meskipun taman atap itu hanya berupa tanaman tomat, yang diletakkan di dalam pot menutupi seluruh atap. Keuntungan lain, rumah sakit itu tidak perlu membeli tomat lagi.
Selain menambah keteduhan, taman diatas atap (roof garden) juga bisa dimanfaatkan untuk menyerap gas-gas beracun. Misalnya bambu atau palem dapat menyerap gas formalin dan bensin. Sedangkan tanaman bakung, selain menyerap gas formalin dan bensin, juga menyerap alkohol dan aseton yang dihasilkan cat dan sebagainya. Tanaman rambat juga berfungsi untuk menyerap gas asetat, amonia, dan gas lainnya. Karena fungsi ini, tanaman rambat banyak dipakai untuk taman diatas atap (roof garden) di luar negeri seperti Singapura dan Jepang.
Cara Membangun Taman Diatas Atap
Sebelum membuat taman di atas gedung, pertimbangkan dulu konstruksi atap bangunan. Apakah memang didesain untuk mendukung beban media tanam berupa tanah dan pepohonan yang akan ditanam di atasnya atau tidak. Pasalnya, taman diatas atap (roof garden) harus didukung struktur dan konstruksi atap yang kuat.
Keberadaan taman diatas atap (roof garden) akan menimbulkan bertambahnya beban. Timbunan tanah dan tanaman akan menambah beban mati, beban angin, dan tambahan beban air pada atap bangunan. Gedung tersebut harus memiliki sistem drainase yang berfungsi baik.
Jika jenis tanaman perdu yang akan ditanam, dia memperhitungkan beban atap akan bertambah sekitar 650 Kg/m2. Ditambah lagi untuk beban hidup sesuai aktivitas pada taman atap itu. Misalnya, 400 Kg/m2 untuk olahraga, 500 Kg/m2 untuk pesta dan dansa, serta 250 Kg/m2 untuk restoran.
Untuk menanam pohon berukuran besar, pelat lantai lokasi harus didukung kolom struktural agar pelat beton tidak runtuh. Selain itu, perlu dibuat dinding penahan tanah karena pohon memerlukan ketebalan tanah yang cukup, atau membuat lubang pada atap bangunan, di bawah pohon.
Konstruksi atap rawan kebocoran, sehingga harus dilengkapi saluran pembuangan air. Lapisan drainase seperti kerikil, pasir, dan batu apung perlu ditambahkan agar air mudah mengalir ke lubang saluran pembuangan. Filter terbuat dari geo textile atau ijuk berfungsi mengalirkan air ke bawah tetapi menahan butiran tanah agar tidak menyumbat lubang pembuangan.
Untuk mencegah kerusakan lapisan kedap air (water proof layer), lapisan penahan harus ditambah agar akar tanaman tidak merusak lapisan kedap air dan beton di bawahnya.
Karena tanaman diatas atap terkena sinar matahari secara langsung dan tiupan angin yang lebih kencang, penyiraman harus dilakukan secara berkala. Sehingga perlu penyemprotan air bisa dilakukan secara manual atau otomatis.
Untuk media tanam, formulanya harus ringan namun memiliki kemampuan menyediakan zat hara dan kelembaban. Misalnya, dengan mencampurkan pasir dengan serutan kayu ditambah lapisan kulit pinus serta pupuk. Kedalaman media tanam untuk rumput membutuhkan 20 sampai 30 sentimeter, begitu juga tanaman penutup. Sementara itu, semak dan pohon kecil membutuhkan kedalaman 60-105 sentimeter. Pohon besar perlu kedalaman hampir 2 meter.
CARA PEMBUATAN
Struktur Taman Atap
struktur lapisan taman atap


Untuk membuat taman ata, tentu saja bagian atap kita dipersiapkan untuk mewujudkannya. Atap dak didesain sedemikian rupa dengan kedalaman antara 30-50 cm dengan dibatasi dinding sesuai dengan kedalamannya. Setelah siap semua berikut ini adalah beberapa lapisan yang dibutuhkan untuk melindungi ruang di dalam bangunan dan sebagai media tanam untuk tanaman yang akan letakkan pada bagian atas bangunan.

Lapisan dak
Lapisan yang paling bawah atau tepat di atas dak adalah lapisan pelindung utama. Seperti contoh di atas adalah lapisan Kingspan Envirodek®.
Waterproofing
Lapisan kedua adalah waterproofingWaterproofing terdiri dari 2 jenis, yaitu jenis membrane atau lembaran dan screed yang berupa cairan layaknya kita mengecat dinding.

Protection layer
Protection layer adalah lapisan pelindung ketiga dari dak yang ada di atas ruang rumah kita.
Drainage layer
Drainage layer merupakan lapisan drainase untuk aliran air yang ada di area tanam

Filter Fabric
Filter fabric atau geotextile adalah lapisan penyaring dari air. Untuk di kolam lapisan ini diperuntukkan sebagai penyaring kotoran tanah agar tidak naik ke permukaan air dan membuat keruh air yang ada di kolam.









Minimalis, Apakah Cocok dengan Kepribadian Anda

Apakah Anda seorang yang cocok punya rumah bergaya minimalis? Cobalah cek di kamar tidur atau di ruang tamu Anda. Berapa banyak barang yang tidak esensial di situ? Kalau ada banyak foto, ada banyak hiasan, ada banyak sovenir yang Anda pajang, mungkin Anda tidak cocok dengan gaya rumah minimalis.
Cek juga meja makan Anda: apakah Anda biasa membiarkan makanan dan jajanan ada di atas meja makan sepanjang waktu? Atau, Anda lebih suka meja makan yang kosong bersih tanpa taplak meja dan hanya tersedia makanan di saat makan. Selesai makan, semua dibersihkan. Hmm, mungkin Anda cocok punya rumah minimalis. 
Tetapi, kalau Anda seorang kolektor barang Antik. Jangan paksakan membuat rumah minimalis.

Lebih daripada sekedar gaya atau model rumah, minimalis semestinya mencerminkan filosofi hidup Anda dan keluarga. Kalau tidak, konsep minimalis bukanlah konsep yang tepat untuk rumah Anda. Pertanyaannya: filosofi hidup macam apa yang cocok dengan konsep minimalis?
1. Anda lebih mementingkan yang esensial, yang mendasar, daripada segala ornamen atau hiasan. Bahasa lainnya: ambil yang penting saja, fungsional. Kalau itu bukan hal penting, boleh dibuang atau disingkirkan. Penerapannya dalam desain minimalis, misalnya di ruang duduk: sofa, coffee table, credensa mungkin sudah cukup. Ornamen ukiran tidak esensial untuk seorang yang bergaya minimalis. Dekorasi rumah seperti lukisan, vas bunga, dipilih sesedikit mungkin. Dan diletakkan sebagai aksen agar rumah tidak membosankan. Tetapi juga tidak penuh dengan barang. Di atas meja mungkin sebuah vas bunga yang simple sudah cukup. Di dinding, satu dua lukisan dan foto barangkali sudah lebih dari cukup.
2. Anda lebih mementingkan kualitas dari pada kuantitas. Sedikit tapi bermutu. Diterapkan dalam desain berarti: daripada banyak barang, desain minimalis hanya mengambil yang sungguh berguna dan disuka. Ruang banyak dibiarkan lega sebagai bagian dari interior itu sendiri. List plafon tidak diperlukan. Apalagi yang berukir-ukir dihindari. Justru pertemuan antara plafon dan dinding yang dibuat sangat rapi lebih diutamakan.
3. Anda menyukai kebersihan. Anda tidak biasa melihat meja makan yang penuh dengan makanan dan piring sepanjang waktu. Anda tidak bisa membiarkan kitchen set Anda penuh dengan piring kotor. Anda tidak bisa membiarkan tempat tidur yang berantakan ketika tidak dipakai. Anda tidak nyaman berada pada kamar mandi yang basah sepanjang waktu. Diterapkan dalam desain: berarti Anda ingin membuat semua sudut di ruangan/ atau dirumah mudah dibersihkan. Tidak ada permukaan yang sulit dijangkau untuk dibersihkan.

Desain Tugu Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur

Desain Tugu Sampit ini ( Tugu Bundaran Sampit-Pangkalan Bun atau disebut juga Tugu Bundaran Pantar) ini merupakan desain yang saya ikut sertakan dalam sayembara yang diselenggarakan Pemda Kabupaten Kotawaringin Timur, Propinsi Kalimantan Tengah. Desain ini merupakan juara III saja sih, tapi saya coba tampilkan dalam blok saya dengan harapan dapat memperkaya wawasan desain kita semua...semoga ada manfaatnya.....



Download Gratis, Rumah Tipe 72


















Desain rumah tipe 72 ini merupakan salah satu contoh desain rumah yang pernah kami buat. Kami sengaja sharing desain rumah ini sehingga dapat memberikan manfaat bagi orang lain yang kebetulan memerlukan desain rumah yang luasnya kurang lebih 72 m2. Silahkan di download file-file gambarnya, free alias gratis.....SEMOGA BERMANFAAT ya....


link download : http://www.ziddu.com/download/14250016/type72.rar.html

Kamis, 17 Maret 2011

Han Awal


Han Awal adalah seorang arsitek Indonesia yang selalu santun dan bersuara lembut. Han Awal lahir di Malang, Jawa Timur, 16 September 1930. 
Arsitek yang lebih dikenal sebagai arsitek konservatoris ini sudah menghasilkan berbagai prestasi gemilang seperti penghargaan Internasional Award of Excellence UNESCO Asia Pasific Heritage untuk bangunan Gedung Museum Arsip Nasional, dan penghargaan lainnya.
 
Karya-karya lainnya yang menonjol di Indonesia adalah Kampus Universitas Katolik Atma Jaya di Semanggi dan gedung sekolah Pangudi Luhur di Kebayoran Baru, Jakarta. Pada tahun 1964-1972, Han Awal juga terlibat dalam pembangunan Gedung Conefo (Conference of New Emerging Forces). Gedung yang terletak di Senayan ini kemudian dikenal sebagai Gedung DPR/MPR.

Han Awal menyelesaikan pendidikan dasarnya di Malang. Semasa SMA, Han Awal sangat tertarik dengan bidang Fisika. Tapi karena guru Fisika di sekolahnya kurang baik dalam memaparkan pelajaran, ia beralih ke angan-angan sewaktu SD untuk menjadi arsitek. Setelah lulus SMA tahun 1950, Han sebetulnya ingin belajar arsitektur di Institut Teknologi Bandung. Namun, waktu itu ITB belum memiliki jurusan arsitektur. Kebetulan beliau mendapat brosur tentang pendidikan ahli bangunan di Technische Hoogeschool Delft, Belanda, dan akhirnya berangkat untuk mengambil jurusan arsitektur di Delft dengan berbekal beasiswa dan restu dari Keuskupan Malang. 

Di sana, Beliau berkenalan dengan mahasiswa asal Indonesia, seperti Bianpoen, Soewondo, Pamoentjak, dan Soejoedi. Mereka sempat berkumpul dan membuat kelompok studi bernama ATAP yang membahas masalah pembangunan di Indonesia. Mereka juga sering mengadakan pameran serta ekskursi, seperti ke Skandinavia, dan lain-lain. Namun,akibat ketegangan hubungan Indonesia-Belanda mengenai sengketa Papua pada tahun 1956, Han Awal terpaksa pindah ke Jerman dan melanjutkan kuliah arsitektur di Technische Universitat, Berlin Barat, dan lulus tahun 1960.

Setelah Han Awal pulang ke tanah air, beliau mendirikan biro konsultan sendiri yang bernama PT Han Awal & Partners Architect. Disamping berkarya dalam bidang arsitektur, Han Awal juga sangat perhatian terhadap dunia pendidikan perancangan di Indonesia. Beliau mengatakan bahwa ia adalah arsitek yang ‘menyambi’ sebagai pengajar. Mulanya karena ia diperintahkan oleh arsitek Soejoedi untuk membantu mengajar di Fakultas Teknik Universitas Indonesia yang baru membuka jurusan arsitektur di tahun 1965. 

Pada tahun1969-1971, ia mengabdikan ilmu yang dimilikinya sebagai Pembantu Rektor/Dosen Akademi Pertamanan DKI Jakarta. Tahun 1990-2003 beliau menjadi Dosen Pembina FT Unika Soegiyapranata, Semarang. Tahun1997-2004, menjadi Dosen Pembina FT Universitas Merdeka, Malang. Dan tahun2003, menjadi Dosen Tak Tetap Program Pascasarjana FT UI. Selain itu, ia juga aktif mendorong berdirinya Ikatan Arsitek Indonesia, ikut mendirikan Pusat Dokumentasi Arsitektur dan memfasilitasi berdirinya ajang diskusi Arsitek Muda Indonesia.

Belakangan, Han Awal lebih dikenal sebagai arsitek konservatoris yang menggeluti pemugaran bangunan-bangunan tua. Pada tahun 1988 ia terlibat proyek pemugaran Katedral Jakarta yang sudah mengalami kerusakan berat di berbagai bagian. Karya Han Awal yang monumental di bidang pemugaran adalah Gedung Arsip Nasional, Jalan Gajah Mada 111, Jakarta. Dalam pemugaran besar-besaran atas gedung yang dibangun pejabat VOC, Renier de Klerk, akhir abad ke-18 itu, beliau bekerjasama dengan arsitek Belanda, Cor Passchier dan Budi Lim, arsitek lulusan Inggris. Pemugaran dibiayai oleh berbagai pihak swasta di Belanda, sebagai hadiah ulang tahun emas Proklamasi Kemerdekaan RI, tahun 1995. 

Han Awal juga turut menangani pemugaran Gedung Bank Indonesia, Jakarta Kota. Bekas gedung Javasche Bank, bank sentral Hindia Belanda yang berdiri sejak 1828. Setelah itu, beliau berencana memugar bangunan Gereja Imanuel, Jalan Medan Merdeka Timur, Jakarta, dan sebuah rumah tua di Jalan Prapatan, Jakarta. Bangunan itu pada abad ke-19 adalah rumah seorang mayor China. 

Pada tahun 2007, beliau menjadi salah satu dari tiga orang Indonesia yang dianugerahi penghargaan Profesor Teeuw dalam sebuah acara di Erasmus Huis, Jakarta. Penghargaan yang menggunakan nama Profesor AA Teeuw, guru besar kajian budaya Indonesia di Universitas Leiden, Belanda, itu diberikan dua tahun sekali sejak 1992 kepada warga Indonesia atau Belanda yang dinilai berjasa meningkatkan hubungan kebudayaan kedua negara.

PROFIL SINGKAT
Lahir:
Malang, 16 September 1930
Istri: Anastasia Maria Theresia Anak:
- Paulus Rachmat Trisna Awal
- Gregorius Antar Awal
- Maria Daryanti Awal
- Maria Widyati Awal
Pendidikan:
- Techniche Hoogeschool Delft, Belanda, 1950-1957 - Techniche Universitat, Faculatfur Architectur, Berlin Barat, 1957-1960 Karier: 
- Direktur PT Han Awal & Partners Architect, 1971
- Pembantu Rektor/Dosen Akademi Pertamanan DKI Jakarta, 1969-1971
- Proyek Conefo/MPR-DPR sebagai Asisten I Kepala Proyek, 1964-1972 - Dosen Tak Tetap FTUI Jurusan Arsitektur, 1965-2000
- Dosen Pembina FT Unika Soegiyapranata, Semarang, 1990-2003
- Dosen Pembina FT Universitas Merdeka, Malang, 1997-2004
- Dosen Tak Tetap Program Pascasarjana FT UI, 2003 
Organisasi Profesi:
- Ikut mendirikan Pusat Dokumentasi Arsitektur
- Anggota Dewan Kehormatan IAI DKI Jakarta
Penghargaan:
- Penghargaan AIA untuk Kompleks Universitas katolik Atma Jaya, Jakarta, 1984
- Penghargaan AIA untuk Konservasi Gedung Arsip Nasional, 1999
- Award of Excellence UNESCO Asia Pasific Heritage, bersama Budi Lim dan Cor Passchier, 2001
- Prof Teeuw Award, bersama Soedarmadji JH Damais dan Wastu Pragantha Zhong, 2007 Alamat:
Biro Arsitek Han Awal & Partners, di Pondok Pinang, Jakarta Selatan

Rabu, 16 Maret 2011

Sejarah Forbidden City di China


Tulisan mengenai Forbidden City, Temple of Heaven, dan Tombs of Ming Dynasty sengaja di jadikan satu karena merupakan satu rangkaian sejarah tidak terputus. Kebetulan ketiganya masuk dalam UNESCO World Heritage Sites.
Ketiga tempat itu dibangun pada jaman Dinasti Ming dan dilanjutkan oleh Dinasti Qing (baca: Cing).
Selayaknya bangunan-bangunan di China, semua berukuran jumbo. Besar sekali. Dan yang mengagumkan, selain ukurannya, adalah teknologi, detail bangunan, warna, dan konsep dibelakangnya.
Konsep disini adalah konsep yin-yang dan feng shui. Kesimbangan di dunia ini selalu tercermin dalam pola arsitektur bangunan-bangunan ini.
Pola arsitektur bisa diamati adalah adanya tiga pintu di setiap gapura bangunan. Pintu tengah hanya untuk kaisar. Pintu kanan hanya untuk Permaisuri dan pintu kiri untuk orang pemerintahan. Di setiap pintu gerbangnya selalu bermotifkan pentol-pentol yang berjumlah 81. 9 pentol horisontal dan 9 pentol vertikal. 9 kali 9 sama dengan 81. 8 ditambah 1 sama dengan sembilan. Angka sempurna.
Kemudian, sungai yang membelah Forbidden City mengalir dari Timur ke Barat.
Di setiap bangunan selalu ada patung singa, entah dari marbel atau dari batu. Ini bukan simbol kerajaan, tapi singa dipercaya sebagai penghalau energy negatif masuk.
Simbol kerajaan adalah naga dan phoenix. Naga bagi kaisar, dan phoenix bagi permaisuri. Di semua relief, posisi naga memang selalu bersanding dengan phoenix. Tapi posisi naga selalu lebih tinggi ketimbang pheonix.
Kesamaan satu lagi adalah, adanya sebuah axis disetiap bangunan dari pintu gerbang menuju bangunan utama. Axis ini terbuat dari potongan marble utuh. Khusus bagi jalan kaisar. Apabila sudah mencapai bangunan utama, marmer itu langsung diukir naga dan phoenix. Cantik sekali.
Alkisah, marble ini didatangkan dari gunung di utara Beijing. Karena tidak ada metode transportasi yang memadai selain gajah dan kuda, maka cara memindahkan marble-marble ini ke Beijing adalah dengan cara membekukan jalan dari gunung tersebut ke Beijing pada waktu musim dingin. Dan potongan marble-marbe tersebut dilalui jalan biasa yang sudah menjadi licin karena sudah menjadi es. Ajaib. Teknologi kuno yang menginspirasi terciptanya conveyer belt.
Satu lagi, kalau ditarik garis lurus antara Forbidden City dan Temple of Heaven, mereka terletak sebujur garis lurus utara-selatan. Ada deviasi sedikit antara 0 - 2 derajat. Kalau garis itu diteruskan lebih ke Utara, maka akan melintasi sebuah kuil namanya Drum and Bell Tower di utara.
Sedemikian presisi tingginya semua arsitektur bangunan itu, maka tidak heran pembangunan bangunan-bangunan besar tersebut memakan waktu yang tidak sebentar. Forbidden City dan Temple of Heaven dibangun dalam kurun waktu yang bersamaan sebagai satu paket dengan lama pembangunan hampir 15 tahun. Satu paket antara pusat pemerintahan dan pusat pemujaan spiritual.
Forbidden City dan Temple Of Heaven dibangun pada tahun 1406 sampai 1420 oleh Kaisar Yongle, kaisar ke tiga dari Dinasti Ming. Kaisar ini memang terkenal sebagai Scholar Emperor karena tingkat intelegensianya yang tinggi.
Kaisar ini pula yang memindahkan ibukota kekaisaran dari Nanjing di Utara ke Beijing sekarang. Oleh karena itu semua di rencanakan dari awal oleh Kaisar Yonle ini.
Akhirnya, bangunan ini menjadi pusat pemerintahan dan tempat tinggal resmi kaisar Kerajaan Cina selama 500 tahun.
Selama 500 tahun itu pula, kompleks kerajaan ini tidak bisa tersentuh oleh rakyat jelata. Oleh sebab itu dinamakan Forbidden City. Kaisar yang terakhir tinggal di Fobidden City adalah Kaisar Puyi dari Dinasti Qing.
Forbidden City ini luas sekali. Dari jalan raya di depan (Xichang’An Street) masuk melewati gerbang dengan foto Mao Ze Dong. Dari sana masih harus melewati alun-alun kecil di dalam tembok merah. Itu belum masuk Forbidden City. Masih di pelataran. Dari sana sudah terlihat tembok besar merah.
Bangunan itulah Meridien Gate yang merupakan pintu masuk Forbidden City. Sampai ke Meridien Gate, masih free entry. Tiket masuk ke Forbidden City seharga RMB40 dan RMB60 untuk tiket terusan. Karena masih ada museum-museum dan tempat-tempat lain yang bisa dikunjungi.
Hanya, karena luasnya wilayah dan padatnya orang yang berkunjung ke Forbidden City, maka tiket RMB40 lah yang cocok.
Untuk masuk ke istana intinya, pengunjung diharuskan masuk lewat beberapa gerbang. Diantaranya adalah Supreme Harmony, Preserving Harmony, dan masih banyak lagi.
Di dalam kompleks Central Harmony inilah terdapat jam matahari Cina yang terbuat dari batu.
Ada satu bagian di salah satu bangunan yang ada di Forbidden City yang berdindingkan tegel porselein berwarna hijau jade. Cantik.
Saya tidak akan bercerita banyak tentang Forbidden City ini, tapi yang membuat saya terkesan adalah presisi dan keseragaman dari semua pola dan detail. Warna-warna yang selalu sama di setiap bangunan. Apalagi untuk bangunan yang seumur dengan Forbidden City ini. Dan, sekali lagi, besar dan luasnya itu. Sayang sekali, pengunjung tidak bisa masuk ke dalam setiap bangunan yang ada di Forbidden City.
Catatan kaki: Filem “The Last Emperor” adalah filem yang menceritakan nasib Kaisar Ai Sin Goro Pu Yi sebagai kaisar terakhir dari Dynasti Qing. Filem ini adalah filem pertama dan terakhir yang dibuat di dalam kompleks Forbidden City. Pemerintah China merestui pembuatan filem ini “for the sake of great history of China”.
Temple of Heaven pun begitu. Dengan wilayah yang luas dan terdiri dari beberapa pintu masuk, Temple of Heaven pun mencerminkan keadidayaan bangsa China pada masa Dynasti Ming dan Qing. Dengan tata atur ruang yang cantik, Temple of Heaven menjadi tempat yang sangat asri di musim panas. Dimana banyak bunga dan pohon yang tumbuh. Sayang sekali, kemarin masih pada awal-awal Spring. Jadi belum banyak yang tumbuh.
Di Temple of Heaven, untuk masuk ke dalam kompleks kita harus membayar tiket. Dan untuk masuk ke dalam Templenya, kita masih harus dikenakan tiket masuk.
Begitu menginjakkan kaki di Temple of Heaven, pengunjung akan merasakan nuansa yang sama dengan Forbidden City. Dari mulai batu-batuan di lapangan dalam, design pagar batu, warna bangunan, dan jalan tengah untuk Kaisar. Semua persis sama dengan Forbidden City.
Pada design awal, Kaisar akan mengunjungi kuil ini pada setiap kesempatan terutama dalam proses pengambilan keputusan yang cukup pelik. Tempat dupa/insence berukuran besar pun tersedia disana. Sama persis seperti di Forbidden City.
Bangunan inti di kawasan Temple of Heaven ini adalah sebuah bangunan bundar besar yang ditopang oleh tiang-tiang kayu berukiran dan bercat meriah. Berdiri diatas tiga lapis marmer. Bangunan pemujaan ini adalah konstruksi kayu terbesar di dunia yang masih berdiri kokoh. Perlu dicatat, dalam pembuatannya, tidak digunakan paku. Hanya pasak dari kayu.
Karena bangunan inti ini bertujuan untuk memuja para dewa dan leluhur yang direpresentasikan dengan “surga/heaven”, maka semua yang ada di kawasan khusus ini berbentuk lingkaran. Sedangkan yang bersifat duniawi/kekuasaan, senantiasa berbentuk persegi. Berdasarkan konsep ini, maka tepatlah keadaan di Forbidden City yang notabene adalah “pusat kekuasaan kekaisaran”. Semua yang ada di Forbidden City berbentuk persegi. Sampai ke bangunan-bangunan dan layout bangunan itu sendiri. Semua persegi.
Menarik bukan filosofinya?
Baiklah. Sekarang kita lanjutkan perjalanan ke Ming Tombs. Kuburan kaisar di jaman Dynasti Ming. Semacam Imogiri-nya China.
Areal pemakaman ini terletak di utara Beijing. Hampir mendekati Tembok Cina. Kompleks makam kaisar ini menurut feng shui adalah tempat yang paling ideal. Karena sisi Utara adalah gunung dan di sisi Selatan adalah sungai.
Aslinya, kompleks makam ini diawali dengan sebuah Gapura yang menseleksi antara kaum jelata dan Kaisar. Para rakyat biasa yang akan masuk ke kompleks makam, harus memberhentikan “kendaraannya” di gapura ini. Kendaraan pada saat itu ya kuda dan berjalan sejauh 7.3 km sampai ke dalam kompleks makam. Hanya Raja yang boleh masuk dengan kuda.
Sejak gapura itu, sebenarnya banyak kompleks makam-makam dari kaisar-kaisar Dynasti Ming. Semua berjumlah 13 kompleks makam. Berarti ada 13 kaisar yang dimakamkan disana. Padahal, menurut sejarah ada 15 kaisar di Dynasti Ming. Ternyata penjelasannya sederhana. Karena 2 kaisar pertama belum dimakamkan di sini. Pada awalnya, Ibukota Kekaisaran masih berada di Nanjing. Belum di Beijing. Setelah Kaisar Yongle-lah ibukota pindah ke Beijing. Dan beliau lah yang mendesign tiga bangunan inti. Dan Kaisar Yongle pulalah yang “mendiami” kompleks pemakaman ini untuk yang pertama kalinya.


Aglaonema, Sri Rejeki


Aglaonema yang juga dikenal dengan nama sri rejeki merupakan anggota family Araceae, satu kelompok dengan tanaman keladi.  Tanaman hias daun ini memiliki 40 jenis, tiga di antaranya yang menjadi favorit pecinta tanaman hias adalah Aglaonema costatum, Aglaonema modestum, dan Aglaonema crispum.  Aglaonema ditemukan tumbuh alami di negara-negara tropis seperti di kawasan Asia Tenggara, India, dan Cina.
Habitat alaminya adalah rawa-rawa dan hutan hujan.  Sri rejeki termasuk dalam kelompok tanaman herba yang dapat tumbuh dengan ketinggian 20-150 cm.  Daunnya tersusun berselang-seling pada batang, berbentuk bulat-lonjong, dan memiliki variasi warna dari merah hingga putih-hijau.  Getah dari beberapa jenis Aglaonema ada yang mengandung racun.  Racun tersebut dapat menyebabkan iritasi kulit dan peradangan pada bibir, lidah, tenggorokan jika terminum.  Aglaonema sangat terkenal sebagai tanaman hias karena tanaman ini memiliki toleransi yang cukup tinggi terhadap berbagai variasi lingkungan dan mudah ditumbuhkan.
Tanaman ini dapat menyesuaikan diri dengan berbagai intensitas cahaya, tidak membutuhkan perhatian ekstra keras dalam perawatannya, dan relatif memiliki daya tahan tinggi terhadap hama.  Sebagian orang Asia (termasuk Cina, Thailand, dan Indonesia) percaya bahwa Aglaonema dapat mendatangkan keberuntungan dan rejeki.  Aglaonema memiliki beberapa varian yang cukup menarik seperti snow white, legacy, cochine, lipstick, dan widuri.  Snow white adalah varian sri rejeki yang memiliki ciri-ciri daun berwarna putih dengan corak-corak hijau yang tersebar rata di permukaannya.
Legacy memiliki daun berwarna hijau dengan dominasi corak berwarna merah yang mengikuti alur tulang daun.  Sementara, lipstick memiliki pola warna merah mengelilingi tepi daunnya (jadi seperti bibir yang memakai lipstick).  Cochine merupakan sri rejeki berdaun merah atau warna tembaga.

Pemilihan Warna Untuk Desain Rumah Minimalis


Fasad atau tampak muka bangunan umumnya memiliki ciri khas dan berkarakter. Tidak hanya dari bentuknya, tetapi mulai dari material, tekstur sampai dengan pemilihan warna. Bentuk fasad bangunan bisa menyesuaikan dengan tren pada masanya. Begitu juga tren dapat mempengaruhi pemilihan warna yang tepat. Hal ini menjadi unsur utama dalam menghasikan totalitas suatu desain. Pemilihan warna yang tepat bisa memperindah desain suatu fasad bangunan. Mengingat setiap warna pada fasad menghasilkan passion dari suatu bangunan. Maka dari itu warna dapat mempunyai daya tarik tersendiri dan mempengaruhi secara psikologis pada diri manusia. Hadirnya kesan dan suasana sebuah desain baik atau buruk sangat tergantung pada pilihan warna yang tepat. Dengan adanya kesamaan unsur warna, komposisi antarwarna yang tepat, dan kejelian dalam memadukan jenis warna, akan menghasilkan suatu fasad yang indah, harmonis, dan enak dipandang. Dengan mempertimbangkan iklim sekitar, dan juga karakter daerah lingkungan fasad bangunan itu berada, maka ekspresi fasad akibat pemberian warna sangat memberikan dampak yang sangat berarti. Hal-hal yang harus diperhatikan dengan teliti :
1. Pengaruh warna pada fasad dapat menimbulkan berbagai macam kesan bangunan, sebagai contoh warna dengan karakteris lembut, nyaman, menarik dan romantis, seperti abu-abu, pink, orange, ungu.
2. Warna dengan karakteristik memberikan kesan tenang dan damai bisa menciptakan kesan yang sejuk pada lingkungan sekitar, yaitu adanya perpaduan warna hijau dan biru tua.
3. Warna dengan karakteristik individual dan berani, yaitu warna merah termasuk dalam kategori ini, warna ini memiliki karakter yang berani, energi yang sangat tinggi, memberikan suatu kesan vitalitas yang tinggi, dan dapat memberikan kesan kepribadian yang kuat.
4. Warna dengan karakteristik warna ceria, yaitu warna kuning, warna ini merupakan warna terang yang memberikan kesan ceria dan hangat. Untuk menyeimbangi warna tersebut pada fasade bangunan dapat menggunakan warna putih atau krem.
5. Warna dengan karakteristik ringan, bebas, dan mudah, yaitu warna putih, atau warna alami (seperti warna kayu) , warna ini adalah warna netral yang bisa difungsikan untuk mengkombinasikan berbagai karakteristik warna, sehingga banyak sekali fasad bangunan yang memakai warna putih. Karakter yang terdapat pada warna putih adalah netral dan dapat memberi suasana ketenangan dan mengandung arti spiritual tersendiri. Banyak sekali bangunan publik menggunakan warna ini baik sebagai warna untuk fasad bangunan (eksterior) maupun sebagai kombinasi warna untuk interior dalam bangunan. Andeka – konsultan arsitek

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More