Follow This Blog

Rabu, 16 Maret 2011

Sejarah Forbidden City di China


Tulisan mengenai Forbidden City, Temple of Heaven, dan Tombs of Ming Dynasty sengaja di jadikan satu karena merupakan satu rangkaian sejarah tidak terputus. Kebetulan ketiganya masuk dalam UNESCO World Heritage Sites.
Ketiga tempat itu dibangun pada jaman Dinasti Ming dan dilanjutkan oleh Dinasti Qing (baca: Cing).
Selayaknya bangunan-bangunan di China, semua berukuran jumbo. Besar sekali. Dan yang mengagumkan, selain ukurannya, adalah teknologi, detail bangunan, warna, dan konsep dibelakangnya.
Konsep disini adalah konsep yin-yang dan feng shui. Kesimbangan di dunia ini selalu tercermin dalam pola arsitektur bangunan-bangunan ini.
Pola arsitektur bisa diamati adalah adanya tiga pintu di setiap gapura bangunan. Pintu tengah hanya untuk kaisar. Pintu kanan hanya untuk Permaisuri dan pintu kiri untuk orang pemerintahan. Di setiap pintu gerbangnya selalu bermotifkan pentol-pentol yang berjumlah 81. 9 pentol horisontal dan 9 pentol vertikal. 9 kali 9 sama dengan 81. 8 ditambah 1 sama dengan sembilan. Angka sempurna.
Kemudian, sungai yang membelah Forbidden City mengalir dari Timur ke Barat.
Di setiap bangunan selalu ada patung singa, entah dari marbel atau dari batu. Ini bukan simbol kerajaan, tapi singa dipercaya sebagai penghalau energy negatif masuk.
Simbol kerajaan adalah naga dan phoenix. Naga bagi kaisar, dan phoenix bagi permaisuri. Di semua relief, posisi naga memang selalu bersanding dengan phoenix. Tapi posisi naga selalu lebih tinggi ketimbang pheonix.
Kesamaan satu lagi adalah, adanya sebuah axis disetiap bangunan dari pintu gerbang menuju bangunan utama. Axis ini terbuat dari potongan marble utuh. Khusus bagi jalan kaisar. Apabila sudah mencapai bangunan utama, marmer itu langsung diukir naga dan phoenix. Cantik sekali.
Alkisah, marble ini didatangkan dari gunung di utara Beijing. Karena tidak ada metode transportasi yang memadai selain gajah dan kuda, maka cara memindahkan marble-marble ini ke Beijing adalah dengan cara membekukan jalan dari gunung tersebut ke Beijing pada waktu musim dingin. Dan potongan marble-marbe tersebut dilalui jalan biasa yang sudah menjadi licin karena sudah menjadi es. Ajaib. Teknologi kuno yang menginspirasi terciptanya conveyer belt.
Satu lagi, kalau ditarik garis lurus antara Forbidden City dan Temple of Heaven, mereka terletak sebujur garis lurus utara-selatan. Ada deviasi sedikit antara 0 - 2 derajat. Kalau garis itu diteruskan lebih ke Utara, maka akan melintasi sebuah kuil namanya Drum and Bell Tower di utara.
Sedemikian presisi tingginya semua arsitektur bangunan itu, maka tidak heran pembangunan bangunan-bangunan besar tersebut memakan waktu yang tidak sebentar. Forbidden City dan Temple of Heaven dibangun dalam kurun waktu yang bersamaan sebagai satu paket dengan lama pembangunan hampir 15 tahun. Satu paket antara pusat pemerintahan dan pusat pemujaan spiritual.
Forbidden City dan Temple Of Heaven dibangun pada tahun 1406 sampai 1420 oleh Kaisar Yongle, kaisar ke tiga dari Dinasti Ming. Kaisar ini memang terkenal sebagai Scholar Emperor karena tingkat intelegensianya yang tinggi.
Kaisar ini pula yang memindahkan ibukota kekaisaran dari Nanjing di Utara ke Beijing sekarang. Oleh karena itu semua di rencanakan dari awal oleh Kaisar Yonle ini.
Akhirnya, bangunan ini menjadi pusat pemerintahan dan tempat tinggal resmi kaisar Kerajaan Cina selama 500 tahun.
Selama 500 tahun itu pula, kompleks kerajaan ini tidak bisa tersentuh oleh rakyat jelata. Oleh sebab itu dinamakan Forbidden City. Kaisar yang terakhir tinggal di Fobidden City adalah Kaisar Puyi dari Dinasti Qing.
Forbidden City ini luas sekali. Dari jalan raya di depan (Xichang’An Street) masuk melewati gerbang dengan foto Mao Ze Dong. Dari sana masih harus melewati alun-alun kecil di dalam tembok merah. Itu belum masuk Forbidden City. Masih di pelataran. Dari sana sudah terlihat tembok besar merah.
Bangunan itulah Meridien Gate yang merupakan pintu masuk Forbidden City. Sampai ke Meridien Gate, masih free entry. Tiket masuk ke Forbidden City seharga RMB40 dan RMB60 untuk tiket terusan. Karena masih ada museum-museum dan tempat-tempat lain yang bisa dikunjungi.
Hanya, karena luasnya wilayah dan padatnya orang yang berkunjung ke Forbidden City, maka tiket RMB40 lah yang cocok.
Untuk masuk ke istana intinya, pengunjung diharuskan masuk lewat beberapa gerbang. Diantaranya adalah Supreme Harmony, Preserving Harmony, dan masih banyak lagi.
Di dalam kompleks Central Harmony inilah terdapat jam matahari Cina yang terbuat dari batu.
Ada satu bagian di salah satu bangunan yang ada di Forbidden City yang berdindingkan tegel porselein berwarna hijau jade. Cantik.
Saya tidak akan bercerita banyak tentang Forbidden City ini, tapi yang membuat saya terkesan adalah presisi dan keseragaman dari semua pola dan detail. Warna-warna yang selalu sama di setiap bangunan. Apalagi untuk bangunan yang seumur dengan Forbidden City ini. Dan, sekali lagi, besar dan luasnya itu. Sayang sekali, pengunjung tidak bisa masuk ke dalam setiap bangunan yang ada di Forbidden City.
Catatan kaki: Filem “The Last Emperor” adalah filem yang menceritakan nasib Kaisar Ai Sin Goro Pu Yi sebagai kaisar terakhir dari Dynasti Qing. Filem ini adalah filem pertama dan terakhir yang dibuat di dalam kompleks Forbidden City. Pemerintah China merestui pembuatan filem ini “for the sake of great history of China”.
Temple of Heaven pun begitu. Dengan wilayah yang luas dan terdiri dari beberapa pintu masuk, Temple of Heaven pun mencerminkan keadidayaan bangsa China pada masa Dynasti Ming dan Qing. Dengan tata atur ruang yang cantik, Temple of Heaven menjadi tempat yang sangat asri di musim panas. Dimana banyak bunga dan pohon yang tumbuh. Sayang sekali, kemarin masih pada awal-awal Spring. Jadi belum banyak yang tumbuh.
Di Temple of Heaven, untuk masuk ke dalam kompleks kita harus membayar tiket. Dan untuk masuk ke dalam Templenya, kita masih harus dikenakan tiket masuk.
Begitu menginjakkan kaki di Temple of Heaven, pengunjung akan merasakan nuansa yang sama dengan Forbidden City. Dari mulai batu-batuan di lapangan dalam, design pagar batu, warna bangunan, dan jalan tengah untuk Kaisar. Semua persis sama dengan Forbidden City.
Pada design awal, Kaisar akan mengunjungi kuil ini pada setiap kesempatan terutama dalam proses pengambilan keputusan yang cukup pelik. Tempat dupa/insence berukuran besar pun tersedia disana. Sama persis seperti di Forbidden City.
Bangunan inti di kawasan Temple of Heaven ini adalah sebuah bangunan bundar besar yang ditopang oleh tiang-tiang kayu berukiran dan bercat meriah. Berdiri diatas tiga lapis marmer. Bangunan pemujaan ini adalah konstruksi kayu terbesar di dunia yang masih berdiri kokoh. Perlu dicatat, dalam pembuatannya, tidak digunakan paku. Hanya pasak dari kayu.
Karena bangunan inti ini bertujuan untuk memuja para dewa dan leluhur yang direpresentasikan dengan “surga/heaven”, maka semua yang ada di kawasan khusus ini berbentuk lingkaran. Sedangkan yang bersifat duniawi/kekuasaan, senantiasa berbentuk persegi. Berdasarkan konsep ini, maka tepatlah keadaan di Forbidden City yang notabene adalah “pusat kekuasaan kekaisaran”. Semua yang ada di Forbidden City berbentuk persegi. Sampai ke bangunan-bangunan dan layout bangunan itu sendiri. Semua persegi.
Menarik bukan filosofinya?
Baiklah. Sekarang kita lanjutkan perjalanan ke Ming Tombs. Kuburan kaisar di jaman Dynasti Ming. Semacam Imogiri-nya China.
Areal pemakaman ini terletak di utara Beijing. Hampir mendekati Tembok Cina. Kompleks makam kaisar ini menurut feng shui adalah tempat yang paling ideal. Karena sisi Utara adalah gunung dan di sisi Selatan adalah sungai.
Aslinya, kompleks makam ini diawali dengan sebuah Gapura yang menseleksi antara kaum jelata dan Kaisar. Para rakyat biasa yang akan masuk ke kompleks makam, harus memberhentikan “kendaraannya” di gapura ini. Kendaraan pada saat itu ya kuda dan berjalan sejauh 7.3 km sampai ke dalam kompleks makam. Hanya Raja yang boleh masuk dengan kuda.
Sejak gapura itu, sebenarnya banyak kompleks makam-makam dari kaisar-kaisar Dynasti Ming. Semua berjumlah 13 kompleks makam. Berarti ada 13 kaisar yang dimakamkan disana. Padahal, menurut sejarah ada 15 kaisar di Dynasti Ming. Ternyata penjelasannya sederhana. Karena 2 kaisar pertama belum dimakamkan di sini. Pada awalnya, Ibukota Kekaisaran masih berada di Nanjing. Belum di Beijing. Setelah Kaisar Yongle-lah ibukota pindah ke Beijing. Dan beliau lah yang mendesign tiga bangunan inti. Dan Kaisar Yongle pulalah yang “mendiami” kompleks pemakaman ini untuk yang pertama kalinya.


1 komentar:

Blog yang menarik, mengingatkan saya akan Beijing di Ming Tombs, Kaisar Yongle memilih lokasi penguburannya dan mendirikan makamnya di sini, yang dinamakan Changling Tomb.
Saya mencoba menulis blog tentang hal ini, semoga anda juga suka https://stenote-berkata.blogspot.com/2018/10/beijing-di-ming-tombs.html.

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More