Follow This Blog

Minggu, 28 Maret 2010

Menggagas Rumah Kayu "Tahan" Api




Senin, 28 April 2008 | 02:18 WIB

C Anto Saptowalyono

Rumah panggung banyak ditemukan di Kalimantan Tengah. Di Palangkaraya, jenis rumah ini mudah dijumpai di kawasan rawa, terutama di tepian jalur Sungai Kahayan. Namun, rumah berdinding dan berlantai kayu ini ternyata rawan kebakaran.

Kebakaran yang menghanguskan dua barak berisi delapan pintu rumah sewaan dan satu rumah di Flamboyan Bawah, Kelurahan Langkai, Kecamatan Pahandut, Palangkaraya, Kalimantan Tengah (Kalteng), Selasa (8/4) pagi, menjadi salah satu bukti bahwa rumah kayu mudah terbakar.

Kepala Kepolisian Resor Palangkaraya Ajun Komisaris Besar Andi Fairan menuturkan, dugaan sementara penyebab kebakaran yang mengakibatkan 52 jiwa harus mengungsi ke rumah kerabat ini akibat ledakan kompor minyak tanah. ”Untuk mengetahui asal api, kami minta bantuan tim Laboratorium Forensik Surabaya,” kata Andi.

Ternyata, kawasan Flamboyan Bawah pernah mengalami kebakaran besar tahun 1998. ”Saat itu di sini sangat padat, ada 1.071 keluarga. Rumah berdempetan sehingga api ganas merambat,” kata Ketua RT 05 Sofian Sandung. Kejadian itu menjadi pengalaman berharga untuk mencegah kebakaran berulang.

Langkah yang diambil ialah menata kawasan Flamboyan Bawah sehingga rumah tidak lagi berdempetan. Jumlah warga yang boleh tinggal di situ pun dibatasi, hanya 653 keluarga. ”Warga selebihnya dipindah ke kawasan permukiman bilangan Jalan G Obos,” kata Sofian, Ketua Tim Penataan Kawasan Flamboyan Bawah.

Permukiman rumah panggung itu pun berubah. Rumah- rumah terpisah dalam beberapa petak yang dibatasi ruang kosong dan titian ulin. Titian ulin adalah jalan layang mini selebar dua hingga empat meter, terbuat dari jajaran kayu ulin, dibangun sekitar tiga meter di atas permukaan air rawa. Titian ini menghubungkan satu rumah panggung dengan rumah panggung lainnya.

Penataan agar rumah warga tidak saling berjejalan ini terbukti mampu mencegah berulangnya kebakaran massal di Flamboyan Bawah. Ketika terjadi kebakaran Selasa pagi lalu, nyala api dapat dilokalisasi ”hanya” pada dua barak dan satu rumah, dan tidak merambat. Tetapi, rumah kayu tetaplah rumah yang rawan terbakar.

Padahal, di Palangkaraya ada beberapa kawasan permukiman yang didominasi rumah kayu; yakni di Mendawai, PU Bawah, Flamboyan Bawah, Rindang Banua, dan Murjani Bawah. Total lebih dari 13.000 jiwa tinggal di 3.400-an rumah di kawasan seluas 120,50 hektar itu.

Flamboyan Bawah terbakar tahun 1998. Rindang Banua terbakar tahun 2000. Bahkan, pada tahun 2003 lalu pun pernah terjadi kebakaran besar di kawasan rumah kayu PU Bawah, berjarak sekitar satu kilometer dari Flamboyan Bawah. Sebanyak 750 keluarga dengan total 2.624 jiwa kehilangan tempat tinggal. Kerugian ditaksir Rp 6 miliar.

Meminimalkan kebakaran

Pertanyaannya, adakah cara meminimalkan kebakaran di permukiman rumah kayu? ”Di bagian dapur, kami biasa memberi landasan seng sehingga kompor tidak langsung mengenai lantai kayu,” kata Muhamad, warga Flamboyan Bawah yang rumahnya selamat dari kebakaran, membagi pengalamannya.

Caranya, seng ditaruh di lantai kayu, lalu di atasnya ditaburi tanah setinggi dua jari (sekitar tiga sentimeter), dilapisi lagi dengan selembar seng, dan baru di atasnya diletakkan kompor. Di antara kompor dan dinding dapur pun ditaruh seng untuk menghindarkan jilatan api.

Mama Edo, pemilik warung gorengan dan mi rebus di Flamboyan Bawah, membikin semacam kotak dengan pagar pembatas di empat sisinya. Dengan demikian, abu bakaran dari tungku kayu bakar mengumpul di kotak beralas seng itu sehingga hangusnya lantai oleh api dapat dihindari.

Menghindari api, kata Ketua Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Palangkaraya, Wijanarka, sebaiknya bukan hanya di dapur, tetapi bisa semua bagian rumah kayu tersebut. Oleh karena itu, tidak ada salahnya warga yang tinggal di rumah kayu mengadopsi kearifan para tukang bangunan di Kabupaten Kapuas.

”Tukang di Kapuas banyak yang melapisi dinding dan lantai rumah kayu dengan plester semen. Plester semen bukan penghantar panas yang baik seperti halnya kayu, sehingga ini dapat meminimalkan terjadinya kebakaran,” jelasnya.

Agar semen mau menempel di kayu, tambah Wijanarka, harus dipasang jejaring kawat seperti yang biasa dipakai untuk pagar taman. Jejaring kawat yang dipasang melekat menggunakan paku pada dinding dan lantai kayu ini akan menjadi tempat ”berpegangan” plester berupa adukan semen dan pasir setebal 1,5 sentimeter itu.

Lapisan plester ini dapat dibuat di sisi dalam dan sekalian juga di sisi luar dinding kayu. Minimal, kata Wijanarka, lapisan plester ini dibuat di dinding dan lantai dapur rumah kayu sehingga biaya pembuatan terjangkau.

Bagi warga yang mampu, plester semen tadi pun dapat ditempeli porselen. Selain makin sedap dipandang, adanya lapisan porselen tadi pun makin membentengi dinding atau lantai kayu dari jilatan api.

Hal yang juga penting bagi warga yang tinggal di rumah kayu, kata Wijanarka, adalah pembuatan cerobong asap untuk mencegah pemanasan dinding kayu dan atap akibat pembakaran dari alat masak di dapur. Hal yang lebih penting lagi, kebakaran bisa dicegah apabila warga selalu menjaga api saat memasak atau keperluan lain.

Pencegahan kebakaran di rumah kayu harus melekat sebagai kebiasaan penghuninya. ”Ketika menyalakan lilin saat ada pemadaman listrik, misalnya, jangan sekali-sekali lalai menaruh batang lilin langsung di lantai kayu,” kata Wijanarka.

Apabila hendak menyalakan lilin, berilah alas berupa piring atau gelas, sehingga ketika penghuninya tertidur pun api lilin tidak membakar kayu. Kebakaran dapat dipicu dari nyala api yang kecil.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More